Taman Nasional Gunung Leuser – Sejarah, Alam, Tanaman Fauna & Wisata
Taman Nasional Gunung Leuser ialah salah satu daerah konservasi yang berada di Aceh. Kawasan dengan luas lahan 792.675 hektar ini mencakup aneka macam tipe ekosistem, sehingga aneka macam jenis satwa dan tumbuhan yang mampu dijumpai sungguh beragam.
Bentangan alam di TNGL juga sungguh mempesona, terlebih lagi beberapa area daerah ini pada mulanya yakni tempat rekreasi. Hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri, sehingga sayang untuk melewatkan panorama taman nasional ini.
Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser
Sebenarnya pengusulan pembentukan taman nasional di tempat Aceh Barat telah terjadi semenjak usang. Diketahui bahwa pada tahun 1928 FC Van Heurn sudah merekomendasikan kawasan Alas, Kluet, Sungai Tripa, dan seluruh tipe ekosistem seluas total 928.000 hektar terhadap pihak Belanda sebagaipemerintah abad itu.
Pada tahun 1934 A Ph Van Ahen, Gubernur Aceh, mendirikan Suaka Alam dari Gunung Leuser seluas 142.800 hektar. Setelah itu tempat konservasi di sekitarnya juga ditetapkan, yaitu Suaka Margasatwa Gunung Leuser, Suaka Margasatwa Kluet, Suaka Margasatwa Langkat, dan Suaka Margasatwa Sikundur.
Selanjutnya pada bulan Desember 1976 tempat konservasi tersebut diperluas dengan menambahkan Suaka Margasatwa Kappi, Taman Wisata Sikundur, dan Taman Wisata Lawe Gurah. Tidak lama kemudian, status kawasan konservasi yang terdapat di Gunung Leuser lalu menjadi Taman Nasional Gunung Leuser.
Keputusan tersebut dikeluarkan menurut Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1980 dengan menambahkan Hutan Lindung dan Hutan Produksi seluas 292.707 hektar, sehingga total keseluruhan taman nasional menjadi 792.675 hektar.
Kondisi Alam Taman Nasional Leuser
1. Letak dan Topografi
Secara geografis Taman Nasional Gunung Leuser terletak pada koordinat antara 02°55’ – 04° 05’ Lintang Utara dan 96° 30’ – 98° 35’ Bujur Timur. Sementara secara administratif kawasan ini berada di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Tanah Karo.
Kelima kabupaten tersebut mencakup wilayah di dua provinsi, ialah Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Adapun kondisi topografi di taman nasional ini adalah datar, berbukit, bergunung-gunung, sampai dengan curam.
2. Iklim dan Hidrologi
Suhu udara rata-rata di Taman Nasional Gunung Leuser antara 21,1° – 27,5° Celcius dengan curah hujan berada pada kisaran 3.000 – 4.600 mm per tahun. Curah hujan paling tinggi berada di kawasan Leuser dan Simpali, sedangkan yang paling rendah di tempat Lembah Alas yang hanya 1.300 mm. Adapun isu terkini penghujan berlangsung sepanjang tahun, tanpa kemarau yang berarti.
Kelembaban udara di daerah ini berada di antara 62% – 100% atau rata-rata per tahunnya 86,9%. Sungai yang mengalir di taman nasional ini adalah Sungai Alas dan Sungai Mammas, serta anak sungai yang berada di deretan Leuser-Simpali dan juga Alas bab barat.
3. Ekosistem dan Zonasi
Beberapa tipe ekosistem yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser yaitu ekosistem mangrove atau bakau, ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, ekosistem hutan tropis pegunungan, serta ekosistem pegunungan sub-alpin.
Ada delapan zona yang dipraktekkan oleh pihak taman nasional dalam mengurus daerah ini. Kedelapan zona tersebut yaitu zona inti, zona riba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, zona tradisional, zona religi, zona khusus, dan juga zona abu-debu.
Flora dan Fauna Taman Nasional Leuser
Ada banyak sekali ragam tumbuhan dan fauna yang mampu ditemui di Taman Nasional Gunung Leuser. Mulai dari spesies yang familiar dan kerap didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, golongan endemik Pulau Sumatera, sampai spesies yang termasuk langka dan hampir punah.
1. Flora
Jumlah flora yang sukses diidentifikasi di Taman Nasional Gunung Leuser lebih dari 4.000 jenis tanaman. Flora tersebut juga beragam mulai dari pohon dengan buah yang dapat dikonsumsi hingga tanaman jenis langka.

Kelompok tumbuhan dengan buah yang mampu dimakan antara lain dua spesies durian hutan (Durio exyleyanus dan Durio zibethinus), rambutan hutan (Nephelium lappaceum), jeruk hutan (Citrus macroptera), duku (Lansium domesticum), rambai (Baccaurea montleyana), dan juga menteng (Baccaurea racemosa).
Selain itu juga ada rukem (Flacourtia rukem), limus yang mempunyai buah mirip mangga (Mangifera foetida dan Mangifera guardrifolia). Semua spesies tersebut ialah sumber plasma nutfah yang mempunyai kesempatan jangka panjang yang cerah untuk dikembangkan.
Flora langka yang tumbuh di taman nasional yang berasal dari tempat Gunung Leuser yaitu pohon payung raksasa (Johanesteisjmania altifrons), liana dengan bunga benalu yang diameternya mampu meraih 1,5 meter (Rhizanthes zippelnii), dan juga Rafflesia atjehensis. Dapat pula dijumpai anggrek sepatu (Paphiopedilum liemianum) dan kantong semar (Nepenthes sp.).
2. Fauna
Tercatat ada lebih dari 127 jenis mamalia yang menghuni daerah Taman Nasional Gunung Leuser. Sementara itu golongan aves dikenali berjumlah 387 jenis dengan 350 spesies yang menetap. Bahkan juga diketahui ada sekitar 89 spesies satwa yang tergolongkan langka hidup di taman nasional ini.

Beberapa spesies langka tersebut ialah rino sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), orangutan atau mawas (Pongo abelii), rusa sambar (Cervus unicolor), kucing hutan (Prionailurus bengalensis-sumatrana), dan siamang (Hylobates syndactylus).
Sementara itu ada pula kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), serta gajah Sumatera (Eephas maximus-sumatranus) dan macan Sumatera (Panthera tigris-sumatrae) yang merupakan dua spesies endemik di Pulau Sumatera.
Adapun satwa lain yang juga dapat ditemui di Taman Nasional ini adalah bajing (Callosciurus albescens), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), ungko atau kedih (Presbytis thomasi), dan tikus hoogerwerfi (Rattus hoogerwerfi).
Kelompok reptil yang paling banyak dijumpai di daerah ini yaitu spesies buaya (Crocodillus sp.) dan juga ular berbiasa. Adapula jenis ikan endemik yang hidup di Sungai Alas adalah ikan jurung (Tor sp.), ikan ini mempunyai ukuran panjang yang bisa meraih 1 meter.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Ada aneka macam obyek wisata yang mampu dikunjungi di Taman Nasional Gunung Leuser. Oleh alasannya itu banyak sekali aktivitas pun dapat dilaksanakan dengan lebih menggembirakan di kawasan ini. Mulai dari acara yang sederhana seperti observasi satwa, sampai yang cukup ekstrem seperti arung gerojokan dan mendaki gunung.
1. Sungai Alas
Salah satu sungai yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser ialah Sungai Alas. Sungai ini lazimnya dipakai oleh para pengunjung untuk melakukan olahraga arung riam. Sambil berarung air terjun menyusuri aliran air deras dan ganas yang menuju Kabupaten Aceh Selatan, pengunjung juga mampu menikmati daya tarik dari hutan tropis serta pemukiman tradisional masyarakat di tepian sungai.
2. Hutan Rekreasi Gurah
Hutan Rekreasi Gurah atau juga lazimdisebut sebagai Taman Wisata Lawe Gurah merupakan salah satu lokasi yang menarik untuk dikunjungi di taman nasional ini. Panorama yang dimiliki hutan ini sungguh menawan dengan berbagai jenis tumbuhan, danau, riam, lokasi pengamatan satwa, dan juga sumber mata air panas.
Pihak pengelola rekreasi juga telah menyediakan trek khusus untuk pengunjung yang ingin trekking. Trekking dimulai di Gurah, kemudian berlanjut hingga ke sumber mata air panas yang berada di akrab Sungai Alas. Waktu yang diperlukan biasanya sekitar dua jam dengan jarak sejauh 5 km.
Ada juga menara pandang yang dapat dipakai pengunjung memperhatikan kehidupan yang ada di hutan hujan Leuser. Selain itu jika pengunjung ingin menikmati sensasi hidup menyatu dengan alam, maka dapat berkunjung ke area perkemahan yang berlokasi di tempat hutan atau mampu menginap di guest home.
3. Hutan Sekundur
Selain Hutan Rekreasi Guruh, ada juga Hukan Sekundur yang berada di Sekundur, Langkat, Sumatera Utara. Kawasan seluas 18.500 hektar ini mempunyai gua alam serta panorama yang masih begitu alami. Apabila datang di waktu yang tepat, pengunjung mampu bertemudengan berbagai spesies satwa liar mirip gajah dan rusa. Selain itu, pengunjung bisa camping juga di tempat sini.
4. Suaka Margasatwa Kluet
Suaka Margasatwa Kluet merupakan daerah yang didominasi oleh ekosistem hutan pantai seluas 20.000 hektar. Oleh karena itu kegiatan yang tepat dijalankan di sini ialah bersampan di sungai dan danau, menikmati pemandangan alam di pantai, serta menjelajahi gua alam. Meskipun begitu selaku habitat harimau Sumatera, hadirin dihimbau untuk waspada.
5. Stasiun Rehabilitasi Orangutan
Pusat rehabilitasi satwa langka orangutan ini memiliki luas sekitar 200 hektar dan berlokasi di antara Bahorok dan Bukit Lawang, Langkat, Sumatera Utara. Menariknya tidak hanya orangutan yang mampu dijumpai di sini, melainkan juga aneka macam spesies dan kelompok primata lainnya
6. Gunung Leuser
Gunung Leuser ialah puncak gunung tertinggi yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser, nama tempat taman nasional juga diambil dari gunung ini. Ketinggiannya mencapai 3.304 meter di atas permukaan bahari.

Sebagai gunung tertinggi, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya ialah sekitar 14 hari. Meskipun begitu pengunjung harus menentukan fisik dan mental telah berpengaruh alasannya adalah perjalanannya cukup berat. Pendakian dimulai dari Desa Angusan yang berada di bab sebelah barat Blangkejeren.
7. Pendakian Gunung Kemiri
Gunung Kemiri adalah puncak gunung tertinggi kedua yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser. Ketinggian gunung ini meraih 3.314 meter di atas permukaan maritim.
Pengunjung yang menggemari petualangan alam dapat mendaki puncak gunung ini dengan waktu sekitar lima hingga enam hari. Sepanjang perjalanan hadirin akan menjumpai banyak sekali satwa seperti siamang, gibon, dan juga orangutan.
8. Gunung Simpali
Puncak gunung lain yang mampu didaki ini berada pada ketinggian 3.270 meter di atas permukaan laut. Lama waktu yang diperlukan untuk mendaki Gunung Simpali sekitar satu pekan dengan titik permulaan berada di Desa Engkran, lalu menyusuri Lembah Lawe Mamas.
Lembah ini menjadi lokasi habitat dari salah satu hewan langka yakni warak. Terdapat pula Sungai Lawe Mamas yang memiliki arus sungguh deras, sehingga menjadi tantangan sendiri bagi para pengunjung. Sungai ini bersatu dengan Sungai Alas yang berlokasi sekitar 15 km di bagian utara Kuracane.
9. Gunung Perkinson
Salah satu keberuntungan bagi hadirin yang mendaki ke puncak Gunung Perkinson adalah salah satu titik perjalanan akan dijumpai bunga unik dan langka, Rafflesia. Bunga ini berkembang di daerah yang berada pada ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan maritim serta hutan lumut yang menarik. Lama waktu tempuh untuk mendaki puncak gunung setinggi 2.828 meter di atas permukaan bahari yaitu sekitar tujuh hari.
10. Lau Pengurukan
Lau Pengurukan ialah surga bagi pengunjung yang tertarik menjelajahi gua alam. Pasalnya di kawasan ini ada banyak sekali gua seperti Gua Pintu Air. Gua Pintu Angin yang ialah gua terpanjang dengan lorong sejauh 600 meter berlubang vertikal. Ada pula Gua Palonglong yang juga mempunyai lubang vertikal, Gua Patu, Gua Pasar, Gua Rizal, Gua Pamuite, dan Gua Pasugi.
Cara untuk mencapai lokasi ini jikalau tidak menjinjing kendaraan langsung yakni dimulai dari kota Medan dengan menumpangi bus jurusan Bukit Lawang. Setelah itu hadirin mampu menyewa kendaraan beroda empat yang lazimnya berjenis Jeep Land Rover. Perjalanan lalu dilanjutkan menuju Dusun Tanjung Naman sekitar satu jam. Setelah itu barulah berlangsung kaki menuju Lau Pengurukan kurang lebih dua jam.
Komentar
Posting Komentar